ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DHF

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN 
DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)



A. PENGERTIAN
  Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang berpotensial mengakibatkan syok yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer & Suprohaita; 2000; 419)
   Demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue I, II, III, dan IV yang ditularkan oleh nyamuk aides aegypti dan aides albopictus (Soegijanto, 2006: 61).
   Klasifikasi DHF berdasarkan kriteria menurut WHO yaitu :


  • Derajat I ( ringan ) : Demam mendadak dan sampai 7 hari di sertai dengan adanya gejala yang tidak khas dan uji turniquet (+).
  • Derajat II ( sedang ) : Lebih berat dari derajat I oleh karena di temukan pendarahan spontan pada kulit misal di temukan adanya petekie, ekimosis,  pendarahan
  • Derajat III ( berat ) ; Adanya gagal sirkulasi di tandai dengan laju cepat lembut kulit dngin gelisah tensi menurun manifestasi pendarahan lebih berat( epistaksis, melena)
  • Derajat IV ( DIC ) : Gagal sirkulasi yang berat pasien mengalami syok berat tensi nadi tak teraba.
B. ETIOLOGI
   Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan.infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer & Suprohaita; 2000; 420).
C. PATOFISIOLOGI
   Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan virtemia. Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu dihipotalamus sehingga menyebabkan (pelepasan zat bradikinin, serotinin, trombin, Histamin) terjadinya: peningkatan suhu.
Selain itu virtemia menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh darah yang menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari intravascular ke intersisiel yang menyebabkan hipovolemia.
  Trombositopenia dapat terjadi akibat dari, penurunan produksi trombosit sebagai reaksi dari antibody melawan virus.
   Pada Pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan baik kulit seperti petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini mengakibatkan adanya kehilangan kemampuan tubuh untuk melakukan mekanisme hemostatis secara normal. Hal tersebut dapat menimbulkan perdarahan dan jka tidak tertangani maka akan menimbulkan syok . Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari.
( Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2002 ).

 D. TANDA DAN GEJALA
    1. Masa Inkubasi
Sesudah nyamuk menggigit penderita dan memasukkan virus dengue ke dalam kulit, terdapat masa laten yang berlangsung 4-5 hari diikuti oleh demam, sakit kepala dan malaise.
    2. Demam
Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2-7 hari kemudian turun menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung demam, gejala-gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung, nyeri tulang dan persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah dapat menyetainya
    3. Perdarahan
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dari demam dan umumnya terjadi pada kulit dan dapat berupa uji tocniquet yang positif mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura.
Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga menyebabkan haematemesis.
Perdarahan gastrointestinal biasanya di dahului dengan nyeri perut yang hebat.
    4. Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati teraba kenyal harus di perhatikan kemungkinan akan tejadi renjatan pada penderita
    5. Renjatan (Syok)
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita, dimulai dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukan prognosis yang buruk.
    6. Gejala klinik lain
          Nyeri epigastrum, muntah-muntah, diare maupun obstipasi dan kejang-kejang. Keluhan nyeri perut yang hebat seringkali menunjukkan akan terjadinya perdarahan gastrointestinal dan syok.
( Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2002 ).

baca juga : Laporan Pendahuluan Dengue Haemoragic Fever (DHF) 

E. PENGKAJIAN (Doenges, 2000)

  1. Identitas : Umur, jenis kelamin, tempat tinggal bisa menjadi indicator terjadinya DHF
  2. Riwayat kesehatan
  3. Keluhan utama : Panas
  4. Riwayat kesehatan sekarang
  5. Panas tinggi, nyeri otot, dan pegal, ruam, malaise, muntah, mual, sakit kepala, sakit pada saat menelan, lemah, nyeri pada efigastrik, penurunan nafsu makan,perdarahan spontan.
  6. Riwayat kesehatan dahulu
  7. Pernah menderita yang sama atau tidak
  8. Riwayat kesehatan keluarga
  9. Adanya anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama dan adanya penyakit herediter (keturunan).
  10. Pemeriksaan fisik
  11. System pernapasan
  12. Sesak, epistaksia, napas dangkal, pergerakan dinding dada, perkusi, auskultasi
  13. System cardivaskular
  14. Pada grade I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni.
  15. Pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat (tachycardia), penurunan tekanan darah (hipotensi), cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari.
  16. Pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
  17. System neurologi
  18. Nyeri pada bagian kepala, bola mata dan persendian. Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat terjadi DSS
  19. System perkemihan
  20. Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri saat kencing, kencing berwarna merah
  21. System pencernaan
  22. Perdarahan pada gusi, Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran pada hati (hepatomegali) disertai dengan nyeri tekan tanpa diserta dengan ikterus, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat muntah darah (hematemesis), berak darah (melena).
  23. System integument
  24. Terjadi peningkatan suhu tubuh (Demam), kulit kering, ruam makulopapular, pada grade I terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi bintik merah seluruh tubuh/ perdarahan dibawah kulit (petikie), pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.
  25. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium

Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan di jumpai
Ig.G dengue positif
Trombositopenia
Hemoglobin meningkat
Hemokonsentrasi ( hematokrit meningkat)
Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan
–          hipoproteinemia
–          hiponatremia dan
–          hipokalemia
Pada hari kedua dan ketiga terjadi lekopenia, netropenia, aneosinophilia, peningkatan limposit, monosit dan basofil
SGOT atau SGPT darah mungkin meningkat
Ureum dan Ph darah mungkin meningkat
Waktu pendarahan memanjang
Pada pemeriksaan analisa gas darah arteri menunjukkan asidosis metabolik: PCO2 < 35 – 40 mm Hg, HCO3 rendah
Pemeriksaan serologi
Pada pemeriksaan ini di lakukan pengukuran literantibodi pasien dengan cara haemaglutination nibitron test (HIT test) atau dengan uji peningkatan komplemen pada pemeriksaan serologi di butuhkan dua bahan pemeriksaan yaitu pada masa akut atau demam dan masa penyembuhan
( 104 minggu setelah awal gejala penyakit ) untuk pemeriksaan serologi ini di ambil darah vena 2 – 5 ml.
Pemeriksaan sianosis yang menunjang antara lain foto thorak mungkin di jumpai pleural effusion, pemeriksaan USG hepatomegali dan splenomegali.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

  • Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
  • Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler keekstravaskuler.
  • Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler keekstravaskuler.
  • Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual muntah dan nafsu makan yang menurun
  • Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor pembekuan darah (trombositopeni ).
  • Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan hepatomegali.

INTERVENSI KEPERAWATAN
No
Diagnosa Keperawatan
Rencana keperawatan


1.
Hipertermia b/d proses infeksi virus dengue
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam, klien
menujukan temperatur dalan batas normal
dengan kriteria:
Bebas dari kedinginan
Suhu tubuh dalam
      rentan normal 36,5-      37,5C
    3. Mukosa bibir lembab
    4. Kulit tidak teraba panas
Mengobservasi ku dan keluhan klien.
Observasi suhu klien (derajat dan pola)perhatikan menggigil / diaforsis.
Pantau suhu lingkungan, batasi / tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi.
Berikan kompres hangat hindri penggunaan akohol.
Kolaborasi untuk pemberian antipiretik dan cairan parenteral.
2.
Resiko defisit volume cairan b/d pindahnya cairan intravaskuler keekstravaskuler.
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam.
Kebutuhan cairan klien  dapat terpenuhi dengan
Kriteria hasil :
Input dan output seimbang,
Vital sign dalam batas normal (TD 100/70mmHg, N: 80-120x/mnt),
Tidak ada tanda presyok,
Akral hangat,
Capilarry refill < 3detik, Pulsasi kuat
Observas vital sign tiap 3 jam / lebih.
Observasi capillary.
Observasi intake dan output. Catat jumlah,warna, konsentrasi, BJ urine.
Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari (sesuai toleransi).
 Kolaborasi : Pemberian cairan intravena, plasma atau darah.
3.
Resiko syok hypovolemik b/d perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler keekstravaskuler.
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam.
Tidak terjadi syok
Hipovolemik dengan Kriteria hasil :
TTV dalam batas normal (TD 100/70 mmHg, N: 80-120x/mnt),

Monitor keadaan umum klien.
Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih.
Jelaskan pada klien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan jika terjadi perdarahan.
Kolaborasi : Pemberian cairan intravena.
Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, trombo.
4.
Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual muntah dan nafsu makan yang menurun
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan kriteria hasil :
klien menghabiskan separo / satu porsi makan.
nafsu makan meningkat
klien tidak terlihat lesu dan lemah.
mukosa bibir tidak kering
mual dan muntah berkurang
tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
tidak terjadi penurunan berat badan.
Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai.
Observasi dan catat masukan makanan pasien.
Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan ).
Berikan / Anjurkan pada klien untuk makanan sedikit namun sering dan ataumakan diantara waktu.
Berikan dan bantu oral hygiene.
Hindari makanan yang merangsang (pedas / asam) dan mengandung gas.
Jelaskan pada klien dan keluarga tentang penting nutrisi / makanan bagi proses penyembuahan.
Sajikan makanan dalam keadaan hangat.
Anjurkan pada klien untuk menarik nafas dalam jika mual.
Kolaborasi dalam pemberian diet lunak dan rendah serat.
Observasi porsi makan klien, berat badan dan keluhan klien.
5.
Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor pembekuan darah (trombositopeni ).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam. Tidak terjadi perdarahan selama dalam masa perawatan dengan kriteria hasil :
TTV dalam rentan normal
(TD 100/60 mmHg, N: 80-100x/menit) reguler, pulsasi kuat.
tidak ada perdarahan spontan (gusi, hidung, hematemesis dan melena).
Trombosit dalam batas normal (150.000/uL).
Anjurkan pada klien untuk banyak istirahat tirah baring
Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang bahaya yang dapat timbul akibat dari adanya perdarahan, dan anjurkan untuk segera melaporkan jika ada tanda perdarahan seperti di gusi, hidung (epistaksis), berak darah (melena), atau muntah darah (hematemesis).
Antisipasi adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang lunak, pelihara kebersihan mulut, berikan tekanan 5-10 menit setiap selesai ambil darah dan Observasi tanda-tanda perdarahan serta tanda vital (tekanan darah, nadi,suhu dan pernafasan).
Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium secara berkala (darah lengkap).
Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis.
Monitor trombosit setiap hari.
Kolaborasi dalam pemberian transfusi (trombosit concentrate).
6.
Nyeri b/d
hepatomegali.
Gangguan rasa nyaman : nyeri berkurang / terkontrol setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam, dengan kriteria hasil :
skala nyeri berkurang (0-3)
ekspresi wajah relax
bisa menggunakan teknik relaksasi dengan baik (nafas dalam, imajinasi).
Kaji keluhan nyeri,  lokasi, dan intensitasnya.
Observasi adanya tanda -tanda nyeri nonverbal, seperti: ekspresi wajah, posisi tubuh, gelisah, menangis / meringis, menarik diri, diaphoresis, perubahan frekuensi jantung/ pernapasan, tekanan darah.
Evaluasi perilaku nyeri.
Teknik relaksasi (nafas dalam)
Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi.


DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E, dkk, 2000. Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
Hendrayanto. 2004. Ilmu Penyakait Dalam. Jilid 1. Jakarta : FKUIM
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Jakarta
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Volume 1. Penerbit Buku Kedokteran : EGC
Soegijarto, Soegeng. 2006. Demam Berdarah Dengue. edisi 2. Surabaya : Aerlangga
Widyastuti, Palupi. 2004. Pencegahan, Pengendalian Dengue Dan Demam Berdarah. Jakarta : EGC


Post a Comment

0 Comments